“Muslimah Manyadarkan Dani”
Karya : Ikfal Al Fazri
“Breet…” Dani mengeluarkan uang kertas berlapis-lapis dari dompet
kesayangannya. Semua mata memandang kearah Dani. Bukan cuma karna Dani orangnya
cakep dan otaknya juga encer. Tapi Dani juga tajir. Usaha ayahnya berkembang
dengan pesat, menjadikan dia sebagai pangeran sekolah yang diidolakan banyak
cewek. Tanpa menghiraukan pandangan setiap orang yang ada, lalu Dani
menyelipkan uang itu terang-terangan ke arah Rian.
“Elo yakin Dan, mau ikut taruhan 500ribu?”
tanya Rian, si Bandar taruhan.
“Iya… Gue yakin, bentar lagi jagoan gue, Barcelona bakalan menang.”
ujar Dani meyakinkan pada teman-temannya yang ada dikelas saat itu. Ada
yang manggut-manggut dan ada pula yang cuma geleng-geleng kepala. Hanya Andre,
yang melihat sinis kearah Dani karena takut kalah taruhan.
Kelas XII IPS 5 pada hari itu sedang ada jam kosong, guru yang bersangkutan
sedang mengikuti acara mentoring ke luar kota. Sehingga anak-anak kelas XII IPS
5 bisa bercanda apa saja. Tanpa
sepengetahuan Dani, Nadia yang baru balik dari toilet menyaksikan
kegiatan Dani dari kusen jendela kelas.
“Astaghfirullahal‘aziim…” gumam Nadia pelan
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, perasaannya tidak enak. Lalu beranjak menuju
kelasnya yang bersebelahan dengan kelas Dani.
Sore itu langit sedang diliputi awan hitam kelabu. Burung-burung
beterbangan saling mengabari akan datangnya hujan yang lebat. Namun kabar
burung itu seolah tak dihiraukan oleh seorang anak muda yang sedang duduk di
bawah naungan pohon jati yang rindang yaitu ditaman SMA CENDRAWASIH,
Pemuda itu bertubuh jangkung dengan rambut jabrik. Pakaiannya tampak amburadul.
Pemuda itu tak lain adalah Dani, dia sedang asyik-asyiknya menikmati sepotong
rokok sendirian. Dalam-dalam dihisapnya benda kecil bernikotin tersebut melalui
mulutnya yang sedari tadi kering . Lalu dihembuskannya menjadi gumpalan
asap putih.
“Fyuh…” Dani
menghela nafasnya. Terasa berat .
“Tap tap tap…” suara derap langkah seseorang
yang berjalan mendekat kearah tempat Dani berada.
“Dan, elo kok disini? Ngapain sendirian
aja?” suara itu mengagetkan Dani. Danipun menoleh, dia menemukan seorang muslimah
anggun berjilbab.
“Eh, elo Nad” jawab Dani tersendat.
Dengan segera dia mematikan puntung rokoknya yang masih menyala.
“Em… gue lagi nyantai aja disini
abisnya bosen dikelas sih..” jawab Dani sekenanya.
“Oh begitu ya..” ucap Nadia lembut
diiringi dengan senyumnya yang manis. Dani pun membalas senyum manusia yang
mirip bidadari itu. Selama ini hanya Nadia seorang muslimah manis yang berani
berbagi dengan Dani. Tak lain karna Nadia merasa simpati dengan kondisi Dani
yang tidak mendapat kasih sayang orangtuanya.
“Em…Gue boleh duduk nggak nich…?” tanya Nadia penuh
dengan basa-basi.
“Of course..” jawab Dani sambil menyingkirkan
tasnya yang berada di kursi satunya lagi.
“Thank you Dan…” ucap Nadia girang. Lalu duduk dan
memberi jarak dengan Dani, yang bukan mahramnya.
Angin sore bertiup dengan kencangnya. Menyibak ketiak pohon
dan merontokkan daun-daun yang sudah layu. Tampak indah sekali.
“Oh ya Dan, tadi gue lihat elo ngasih duit
ke Rian, duit itu buat apa Dan?” tanya Nadia penasaran. Dani langsung
terperangah menerima pertanyaan itu. Dani tahu sekali, Nadia pasti akan marah
besar jika dia mengetahui hal ini. Tapi Dani tak bisa berbuat lain,
selain jujur pada Nadia. Seperti yang baru ini Nadia ajarkan
padanya, bahwa kita harus jujur karna jujur membawa kebaikan.
“Gue… Emm.. tadi gue taruhan sama temen-temen
Nad.” jawab Dani terbata-bata. Raut wajah Nadia yang semula cerah ceria
tiba-tiba berubah menjadi tegang karena mendengar berita itu. Nadia langsung
menutup mulutnya, seakan tidak percaya dengan jawaban Dani tadi. Pandangannya
beralih kebawah.
“Kenapa elo nggak
kasih tau gue Dan..?” tanya Nadia tegas.
“Taruhan itu hukumnya haram. Dan itu
adalah permainan setan.” jelas Nadia.
“Iya Nad.. gue ngerti.”
“Tapi gue janji
Nad.. Gue janji nggak akan taruhan lagi.”
Nadia masih bungkam, matanya menatap
nanar ke arah rerumputan ditaman. Dia tak berkutip. Hanya butir-butir bening
yang mengalir dari kedua sisi matanya yang mampu memecahkan
suasana yang bisu.
“Dan… Please…” Pinta Nadia haru. Dani
menoleh kearah Nadia. Tak percaya bahwa Nadia akan menangis . Nadia, gadis
berjilbab itu peduli pada Dani bukan karena apa-apa. Melainkan ingin mengajak
Dani menuju jalan kebaikan.
“Dan, Loe mau berubah kan..?” ucap Nadia
terisak. Sesungguhnya Dani tak kuasa melihat Nadia menangis gara-gara
masalahnya ini.
“Iya Nad, gue mau merubah sifat gue yang selama
ini melanggar ketentuan Allah.” Jawab Dani yakin.
“Gue nggak bakalan taruhan lagi. Ini taruhan
gue yang terakhir.” ucap Dani meyakinkan Nadia. Nadia cuma mematung. Dengan
segera Nadia mengusap lembut kedua matanya yang berlinang dengan air mata. Dia
mengannguk pelan, kemudian berdiri.
“Baiklah, gue pulang dulu” ucap Nadia
tanpa menoleh ke arah Dani. Lalu berlari meninggalkan Dani seorang diri.
“YEEESSS…!!!” teriak Bimo histeris, adiknya Dani
ketika menonton pertandingan sepak bola.
“Kak, lihat nggak tuh, jagoan kita menang Kak…”
seru Bimo histeris. Dani hanya mematung saja, tak ada reaksi sedikit pun.
Pertandingan sepak bola antara Manchester vs Barcelona pun tak
dihiraukannya. Seakan menjadi tontonan yang membosankan. Tubuhnya ada dirumah
akan tetapi pikirannya jauh melayang . Bayang-bayang kejadian tadi sore
tak dapat lepas dari benaknya.
“Hoi…!Lagi mikirin siapa nih, sampe nggak minat
nonton gitu…” ejek Bimo sambil melempar pop corn ke arah Dani. Pikiran Dani
buyar. Dani pun menoleh, tak mau kalah dengan adiknya. “Eh, biarin. Terserah
gue mau mikirin apa kek. Bukan urusan lo tau…” ejek Dani sambil menjulurkan
lidahnya. Sekarang Dani yang memulai pergulatan dengan melempar bantal kea rah
adiknya. Begitupun adiknya, saling lempar-lemparan. Mereka tertawa
terbahak-bahak.
“Syit..!!” ucap Andre geram. Dia
mengepalkan kedua tangannya. Andre harus menerima kekalahannya. Impiannya
selama pertandingan sepak bola ini melayang sudah. Sekarang yang terbesit
diotaknya hanyalah Dani. Ya, ia ingin mencelakai Dani dan merebut uangnya
kembali.
Diam-diam
terbesit di pikiran Dani untuk menyedekahkan uang taruhan itu, tanpa bicara
dulu dengan Nadia. Dani mengerti bahwa Nadia masih marah dengan kejadian
kemarin. Malam itu angin berhembus dengan lembutnya, meniup-niup dahan pohon
kelapa yang rindang . Bulan bercahaya dengan anggunnya, ditemani dengan
millyaran bintang di angkasa. Sungguh indah. Waktu shalat Isya sudah tiba.
Suara adzan mengalun dengan lembutnya, mengajak umat islam
berbondong-bondong untuk shalat ke mesjid. Dani bergegas mengambil air
wudhu. Dengan pakaian taqwa, dia meninggalkan rumah menuju mesjid
Al-Ihsan yang tak jauh dari rumahnya. Tak lupa dia membawa uang hasil
taruhannya itu, untuk disedekahkan.
Jalan yang dilewati Dani sangat sepi
oleh penduduk.
“Sret sret..” suara derap langkah seseorang
dibelakang Dani terdengar sangat pelan. Agaknya ingin mendekati
Dani. Dani langsung membalikkan tubuhnya. Dia melihat dua orang yang berpakaian
serba gelap yang satu berkepala botak dan yang satunya lagi dengan rambut dan
jenggot yang tebal. Ya, mereka adalah preman yang ingin merampas uang taruhan
Dani itu. Tak lain adalah orang suruhan Andre, teman Dani. Kedua preman itu
tambah mendekat kearah Dani. Dani pun kaget dibuatnya. Seketika preman
itu ada dihadapan Dani.
“Eh, ada apa ini? Ada urusan apa kalian sama gue? ”
tanya Dani pada kedua preman itu.
“Hehe” jawab preman yang berjenggot itu sinis. “Gue
pengen duit yang lo bawa..!!” paksa preman itu.
“Emangnya hak kalian apa?”
“Udaah! jangan banyak tanya loe. Sekarang
serahkan duit itu pada kami!!” sekali lagi preman itu memaksa.
“Nggak. Nggak bakalan. Sampai kalian…” suara Dani
terhenti ketika preman yang botak itu menghadang Dani dari belakang.
“BUG…!!!” suara hentaman pada punggung Dani
sungguh keras. Tapi, siapa yang mendengar? Setelah uang Dani dibawa oleh preman
itu, kini Dani hanya terdiam menyaksikan tubuhnya yang berlumuran darah disekujur
tubuhnya. Datanglah seorang muslimah yang membuat hati Dani tenang, ia adalah
Nadia. Nadia meminta bantuan kepada warga untuk membawa ke rumah nya, yang tak
jauh dari tempat itu. Nadia membasuh luka Dani dengan air, dan mengobatinya.
Dani sangat beruntung bisa berteman dengan Nadia. Sejak kejadian itu Dani
semakin bersyukur atas apa yang ia miliki sekarang ini.
Judul : Muslimah Menyadarkan
Dani
Tema : Muslimah
Menyadarkan Dani
Tokoh : 1. Dani
2. Nadia
3. Ryan
4. Andre
Watak : 1. Dani :
Baik, Penurut, Bijaksana
2. Nadia :
Baik, Perhatian
3. Ryan :
Malas
4. Andre :
Jahat, Pemalas
5. Preman :
Jahat
6. Bimo :
Baik, Nakal
Latar : Tempat : Sekolah, Mushola, Pedesaan
Waktu :
Pagi Hari, Siang Hari, Malam Hari
Suasana :
Mencekam
Sudut Pandang : Sudut
Pandang Orang Ketiga
Kerangka Cerpen :
Ø Dani adalah seorang lelaki yang tampan, juga menjadi idola di
sekolahnya.
Ø Dani sangat mengidolakan tim sepak bola Barcelona
Ø Lalu Doni taruhan bola saat Manchester United melawan Barcelona
bersama temannya
Ø Nadia menyaksikan saat Dani menyimpan uang ke tas Ryan
Ø Nadia pun menghampiri Dani yang sedang menghisap rokok di taman
sekolah.
Ø Dani ditegur oleh Nadia
Ø Nadia memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan Dani itu
adalah dosa dan haram
Ø Nadia muslimah yangf baik hati, setiap Nadia bertanya kepada Dani
pasti Dani menjawabnya dengan jujur
Ø Dani pun akhirnya akan berubah
Ø Adiknya Bimo memberi kabar bahwa Barcelona menang atas Manchester
United
Ø Uang taruhan Dani berniat untuk mensedahkannya
Ø Waktu Isya tiba, Dani pun bergegas berangkat ke mesjid
Ø Andre menyuruh 2 orang preman untuk mengambil uang yang ada pada
Dani
Ø Dani pun dihabisi oleh Preman itu sampai luka-luka
Ø Nadia datang dan menolong Dani
Ø Dani sangat berterimavkasih atas kebaikan Nadia.